simon mcmenemy

Simon McMenemy Punya Taktik Saat Timnas Kalah

Publik sepak bola Tanah Air diwujudkan patah hati menyaksikan Timnas Indonesia tersingkir di penyisihan Piala AFF 2018. Bima Sakti dianggap sebagai biang kerok kegagalan Regu Merah-Putih. Simon McMenemy didatangkan PSSI untuk mengkoreksi kondisi.

Wajar sekiranya masyarakat kecewa. Pasalnya Timnas Indonesia yang ditukangi Alfred Riedl di Piala AFF 2016 berstatus runner-up turnamen. Selepas itu, Regu Garuda asuhan Luis Milla tampil memesona di SEA Games 2017 dan Asian Games 2018. Di tangan Bima daya kerja timnas melorot.

Keputusan PSSI menunjuk dirinya gegabah, mengingat jam terbang sebagai pelatih kepala Bima betul-betul minim. Walau selama dua tahun terakhir dia jadi pembantu Luis Milla.

Simon McMenemy datang untuk mengembalikan jalur timnas. Pelatih asal Skotlandia itu, sebagian tahun terakhir berkiprah di dunia sepak bola Indonesia. Dia berhasil mendampingi klub kuda hitam Bhayangkara FC pemenang Liga 1 2017.

Start Simon McMenemy lumayan baik di permulaan masa tugasnya. Di tiga uji coba internasional, Timnas Indonesia mengantungi dua kemenangan. Melawan Myanmar, timnas menang 2-0. Bertemu Vanuatu Evan Dimas dkk. unggul 6-0.

Cuma konsisten ada catatan, dikala meladeni Yordania, Regu Merah-Putih asuhan Simon keok 1-4.

“Aku butuh waktu untuk membangun soliditas Timnas Indonesia. Lomba uji coba cuma komponen mencobai pemain, hasil akhir perlombaan bukan sasaran utama,” ujar Simon.

Sasaran Simon ialah Kualifikasi Piala Dunia 2022 yang juga sekalian menjadi Kualifikasi Piala Asia 2023.

Dan memulai Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup G, Timnas Indonesia keok 2-3 melawan Malaysia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (5/9/2019) malam. Hasil negatif yang tidak diinginkan, sekiranya memperhatikan sejarah panjang rivalitas kedua negara di kompetisi sepak bola internasional.

Timnas Indonesia tampil baik di babak pertama, dengan keunggulan 2-1. Tapi, semacam itu menjelang paruh kedua kondisi berubah. Malaysia mendikte permainan Indonesia. Poin berbalik di pengujung pertandingan.

Metode Bola Direct

Simon menjalankan perubahan metode permainan Timnas Indonesia secara draktis. Jikalau di era Luis Milla dan Bima Sakti timnas bermain dalam tempo lambat dengan penekanan operan pendek merapat ala Spanyol, kini Regu Merah-Putih bermain lebih direct (segera) ala-ala kebanyakan negara Britania Raya.

Metode permainan ini digunakan Alfred Riedl dan berjalan cukup bagus. Di mana dikala transisi bertahan ke menyerang, pemain belakang segera menyodorkan umpan-umpan jauh yang dimakan dua sayap sisi ofensif.

Ketika menghadapi Malaysia, skenario contoh ini cukup berjalan bagus di babak pertama. Alberto Goncalves mencetak gol melalui bantuan dua duo winger, Andik Vermansah dan Saddil Ramdani.

Mobilitas duet sayap, Andik Vermansah-Saddil Ramdani, membikin permainan menyerang Timnas Indonesia lebih variatif pada paruh pertama pertandingan.

Keduanya jadi sosok yang berani membatasi bola dan kemudian menjalankan aksi dribel untuk menikam ke jantung pertahanan Malaysia. Pasokan bola-bola silang yang mereka geber kerapkali menghadirkan kepanikan di poros belakang Harimau Malaya.

Peran keduanya bahkan betul-betul krusial dikala menjalankan permainan menyerang kombinasi dengan Beto dan Stefano. Andik dan Saddil seperti tahu benar menempatkan bola tempat buat Beto serta Stefano.

Permainan keduanya lebih hidup sebab lini pertahanan Malaysia banyak menimbulkan zona kosong. Jarak antarbek terlalu renggang. Ditambah lagi bek-bek Malaysia lemah di kecepatan.

Metode Permainan Lini Depan yang Menjanjikan

Alberto Goncalves kembali menujukkan kapasitasnya sebagai mesin gol andalan Timnas Indonesia. Sejak jadi komponen Regu Merah-Putih asuhan Luis Milla di Asian Games, striker Brasil berusia 34 tahun itu tetap mencetak gol-gol penting bagi timnas.

Ketika menghadapi Malaysia, Beto bermain dinamis. Dia tak statis berada di tengah. Bomber kelahiran 31 Desember 1980 itu, seringkali bergerak ke sisi melebar kanan dan kiri untuk memecah fokus bek-bek Malaysia.

Ketika Beto bermain melebar, Stefano Lilipaly senantiasa siap sedia menutup posisi kosong yang ditinggalkan koleganya.

Semenjak jadi komponen Timnas Indonesia di Piala AFF 2016, pemain yang satu ini senantiasa dioptimalkan memainkan banyak peran. Dia senantiasa tampil sama baik sebagai gelandang serang, sayap, penyerang bunglon.

Lilipaly dapat sedikit hening untuk naik sebab duo gelandang tengah, Zulfiandi dan Evan Dimas, bermain solid melapis pertananan.

Sayang menjelang babak kedua, Beto dan Lilipaly jarang mendapatkan pasokan bola sehingga mereka mati kutu.

Metode Tiga Bek yang Tidak Berjalan Mulus

Simon membikin kejutan dengan menduetkan Hamsamu Yama dan Manahati Lestusen di jantung pertahanan Timnas Indonesia. Dia memilih menaruh bek kaya pengalaman, Victor Igbonefo.

Metode pertahanan Timnas Indonesia yang digeber Simon agak unik. Skema dasar 4-2-3-1 seringkali berubah menjadi 3-4-3.

Timnas Indonesia bermain dengan metode tiga bek, Hansamu, Manahati, dan Ricky Fajrin. Bek sayap kanan, Yustinus Pae acap kali ditunjang menolong serangan.

Pada babak pertama, para bek dapat mengawal lini pertahanan dengan bagus, sebab Malaysia tak dalam posisi menekan. Itu babak kedua kondisi berubah.

Regu Harimau Malaya bermain lebih ofensif. Trio bek Timnas Indonesia seringkali diwujudkan keteteran menghadapi tekanan bertubi-tubi, terpenting dari sisi kanan pertahanan yang ditinggalkan Yustinus Pae.

Keadaan diperparah dikala Ricky Fajrin ditarik keluar sebab cedera. Substitusinya Ruben Sanadi yang secara harafiah yaitu bek sayap, kesusahan bermain sebagai stoper. Dua gol terakhir Malaysia lahir sebab keroposnya sisi kiri pertahanan Regu Merah-Putih.

Duet Gelandang Bertahan yang Tidak Tepat

Pakem formasi dasar 4-2-3-1 menempatkan duet Evan Dimas dan Zulfiandi di zona gelandang bertahan. Mereka jadi sosok pertama yang diinginkan dapat menyetop laju serangan Malaysia dari sektor tengah.

Keduanya tampil kendaraan beroda empat di babak pertama, melainkan semacam itu stamina habis kondisi menjadi tidak terkendali. Keputusan Simon menarik Zulfiandi dan menggantikannya dengan Rizky Pellu dipertanyakan.

Keseimbangan sisi defensif lini kedua konsisten tidak tercapai, sebab Evan Dimas sejatinya tak kuat bermain bertahan. Situasinya akan lain sekiranya Pellu yang berduet dengan Zulfiandi.

Malaysia bahkan cukup jenius membaca kondisi. Mereka tidak memaksakan diri menyerang dari zona tengah, tetapi cenderung memberi tekanan di dua sisi sayap, di mana dua sisi ini acap kali bolong ditinggal Ruben Sanadi dan Yustinus Pae.

Keadaan dapat beda sekiranya dua gelandang bertahan berharap bermain agresif melebar untuk menghalangi pergerakan lini ofensif Harimau Malaya.

Kiper yang Tengah Ada di Jenjang Permainan Terbaik

Menyenangi atau tak wajib diakui Timnas Indonesia kehilangan besar sosok Kurnia Meiga. Kiper yang menderita sakit misterius yaitu pengawal gawang utama Regu Merah-Putih yang tangguh, terpenting menghadapi kompetisi tahapan Asia Tenggara.

Andritany Ardhiyasa sejatinya bukan kiper buruk. Semenjak 2011, dia yaitu pelapis urnia Meiga, bagus di tahapan timnas U-23 ataupun senior.

Dibanding Meiga, Andritany punya kelemahan dalam membaca permainan. Dia seringkali salah mengambil keputusan. Hal itu kelihatan terang di pertandingan Timnas Indonesia melawan Malaysia.

Kiper Persija itu jadi kambing hitam dua gol terakhir Malaysia. Pergerakannya yang salah membikin gawang Regu Garuda dengan gampang dijebol kubu lawan.

Agak mengherankan juga Simon McMenemy memainkannya sebagai penjaga gawang utama. Kinerja Persija Jakarta tengah merosot di Liga 1, Andritany jadi salah satu pemain berapor jelek di Regu Macan Kemayoran.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *